Minggu, 20 April 2014

SEMANTIK, LOGIKA, DAN TATA BAHASA

SEMANTIK, LOGIKA, DAN TATA BAHASA OLEH : DRS. RAPIUDDIN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semantik sebagai salah satu komponen bahasa, semakin diperhatikan orang karena objek kajiannya adalah tentang makna, sebagian orang menghindari untuk mengkaji semantik karena sangat sukar ditelusuri dan dianalisis strukturnya. Makna sangat bersifat arbiter, berbeda dengan morfem atau kata sebagai sasaran dalam studi morfologi yang strukturnya tampak jelas dan dapat disegmen-segmenkan. Namun dewasa ini, keadaan itu sudah berbalik. Kini semantik dianggap sebagai komponen bahasa yang tidak dapat dilepaskan dan pembicaraan linguistik. Makna sebagai objek studi semantik ini memang sangat rumit persoalannya, bukan hanya menyangkut persoalan dalam bahasa-bahasa saja tetapi juga menyangkut persoalan luar bahasa. Dalam kehidupan manusia bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan juga menyertai proses berfikir manusia dalam usaha memahami dunia luar, baik secara objektif maupun imajinatif. Sebab itu, bahasa selain memiliki fungsi komunikatif, juga memiliki fungsi kognitif dan fungsi emotif. Dengan kata lain, bahasa selain memiliki fungsi instrumental, regulator, interaksional, personal, dan informatif, juga memiliki fungsi heuristik dan imajinatif. b. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan semantik, logika, dan tata bahasa ? 2. Bagaimana hubungan semantik dengan logika dan tata bahasa ? BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Pengertian Semantik, Logika, dan Tata Bahasa A. Semantik Kata semantik ini disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik, dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain bidang studi semantik dalam lingusitik mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Ilmu semantik dalam kajian linguistik biasanya digunakan dengan istilah semioka, semiologi, semasiologi, semantik, dan semik untuk bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Istilah semantik dalam bidang studi linguistik memunyai cakupan objek yang luas. Cakupan semantik hanyalah makna atau arti berkenaan dengan bahasa sebagai komunikasi verbal. Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘ sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti‘ menandai’ atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis : signé linguistique). Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri atas; 1)Komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2)Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, dan sedangkan yang ditandai ataudilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent/ acuan / hal yang ditunjuk. Jadi, Ilmu Semantik adalah Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Berikut beberapa pendapat para linguis tentang semantik: 1. Charles Morrist Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. 2. J.W.M Verhaar; 1981:9 Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. 3. Lehrer; 1974: 1 Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi. 4. Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195) Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. 5. Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313) Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. 6. Dr. Mansoer pateda Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. 7. Abdul Chaer Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik). Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain: 1. Pandangan historis mulai ditinggalkan 2. Perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata, 3. Semantik mulai dipengaruhi stilistika 4. Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi) 5. Hubungan antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang menetukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa). 6. Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan cabang logika simbolis. Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni ‘thought of reference’ (pikiran) sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent(acuan). Pikiran memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan yang arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa menetukan fakta bahwa asal kata meaning(nomina) dari to mean (verba), di dalamnya banyak mengandung ‘meaning’ yang berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkan’the meaning of meaning’ yang diperlukan untuk pengantar studi semantik. Mereka sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli sendiri masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik. Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah untuk ilmu makna lainnya, seperti Semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik. Ini dikarenakan istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang cukup luas,yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda lalulintas, morse, tanda matematika,dan juga tanda-tanda yang lain sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Semantik memiliki memiliki objek studi makna dalam keseluruhan semantika bahasa,namun tidak semua tataran bahasa memiliki masalah semantik Leksikon. Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang lnguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta proses pembentukannya. Satuan dari morfologi yaitu morfem dan kata. Contoh : Ajar = Pe - lajar Be – lajar ( pe- dan be- dapat membedakan makna ) Sedangkan sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuan yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Semantik sintaktikal memiliki tataran bawahan yang disebut : a. Fungsi gramatikal b. Peran gramatikal Contoh analisis semantik sintaktikal Kata fungsi Si udin menjaga adiknya di rumah sakit Fungsi subjek predikat objek keterangan kategori nomina verba nomina nomina peran agen benefaktif patient locative Satuan dan proses dari morfolologi dan sintaktik memiliki makna. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik yang disebut semantik gramatikal karena objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran tersebut. Kalau yang menjadi objek penyelidikan adalah semantic leksikon, maka jenis semantiknya adalah semantik leksikal. Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada pada leksem dari bahasa. Oleh karena itu, makna yang ada dalam leksem disebut makna leksikal. Leksem adalah satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini dapat dipadankan dengan istilah kata, yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis, dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatik bebas terkecil. Baik kata tunggal maupun kompositum Contoh : Kambing = nama hewan Hitam = jenis warna Kambing hitam = orang yang dipersalahkan Jenis Makna Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual. 1. Makna Leksikal Makna leksikal (leksical meaning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik. 2. Makna Konseptual Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi. 3. Makna Generik Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit. Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan. 4. Makna Spesifik Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit. Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa. 5. Makna Asosiatif Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap. 6. Makna Konotatif Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya. 7. Makna Afektif Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa. 8. Makna Stilistik Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa. 9. Makna Kolokatif Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan. 10. Makna Idiomatik Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal. 11. Makna Kontekstual Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. 12. Makna Gramatikal Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi. 13. Makna Tematikal Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. B. Logika Logika berasal dari bahasa Yunani kuno logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme ( latin ; logika scientia ) atau ilmu pengetahuan yang mempelajari kemantapan berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasioanal untuk mengetahui dan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk diwujudkan pengetahuan ke dalam suatu tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika juga mempunyai beberapa kegunaan, yakni : 1. Membantu setiap orang agar dapat berpikir rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren. 2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. 3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam serta mandiri. 4. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan. Aristoteles berpendapat bahwa logika merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Karena itu, orang yang telah mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam kunci kekuatan untuk membuka semua pintu masuk berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Maka dari itu, logika bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang pasti terbukti memiliki susunan yang sistematis tentang asas-asas yang menentukan pemikiran yang sehat, benar, dan lurus. Dengan demikian, ilmu logika adalah kajian yang bersifat menyelidiki, merumuskan, membuktikan, dan menerapkan hukum yang harus dapat ditaati untuk dapat berpikir dengan tepat dan teratur. C. Pengertian Tata Bahasa Grammar atau tata bahasa adalah studi sistematis dan deskripsi bahasa. Salah satu peraturan dan contoh tata bahasa berurusan dengan sintaksis dan struktur kata (morfologi) dari sebuah klausa. Kata sifat berperan penting dalam tata bahasa. Tata bahasa juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang tak terbatas untuk memindahkan struktur kalimat atau mengubah arti kalimat tersebut. Grammar adalah studi tentang kontras makna yang kemungkinan berperan penting dalam kalimat. Aturan dalam tata bahasa memberitahukan bagaimana menyusun dan mengerti konsep sebuah kalimat. Dengan satu hitungan, ada sekitar 3.500 aturan dalam bahasa Inggris seperti halnya pada pengetahuan seorang anak prasekolah tentang tata bahasa yang lebih canggih dari manual. Tata bahasa tidak harus dengan pedoman bagaimana seseorang itu berkomunikasi. Biasanya anak tidak belajar bahasa dari perarturan tata bahasanya. Setelah belajar dengan cara lain, tata bahasa dan langkah-langkah dalam memoles kalimat akan dianalisis secara ilmiah berdasarkan pengalamannya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, memiliki fungsi lain yakni menyertai proses berpikir manusia dalam memahami luar bahasa, baik objektif maupun imajinatif. Dengan kata lain, bahasa tidak sekadar berfungsi sebagai instrumental, regulatory, interaksional, personal dan informatif. Tetapi juga berfungsi sebagai heuristik, dan imajinatif. 2.2 Hubungan Semantik dengan Logika dan Tata Bahasa A. Hubungan Semantik dengan Logika Antara bahasa dengan logika memiliki keterkaitan yang saling melengkapi. Kekurangan yang dimiliki bahasa dapat diatasi dengan penguasaan logika bahasa. Bahasa bukan saja alat untuk berpikir atau berfilsafat. Namun, bahasa merupakan bahan dasar dalam memahami hal tertentu yang merupakan hasil akhir dari filsafat. Bahasa yang tidak memberikan ukuran nyata dapat bersifat kontradiksi, tidak logis, tidak memenuhi kriteria bahasa keilmuan. Sedangkan bahasa yang memiliki kriteria keilmuan harus menuntut ketunggalan makna dan interpretasi serta hubungan yang logis. Pateda (2001 :79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kaa-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata ataupun kalimat. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata sebagai simbol verbal manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata. Namun, kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk mempresentasikannya. Ketika mengatakan “ Saya sakit perut”, misalnya pengalaman itu nyata, tetapi tidak seorang pun dapat merasakan rasa sakit itu. Bahkan dokter yang berusaha mengobati rasa sakit kita. Jadi, hubungan itu diciptakan dalam pemikiran si pembicara. C.K. Ogden dan I.A. Richards (dalam Parera) mengemukakan hubungan ini secara diagramatik dalam sebuah segitiga makna. Bahasa tidak mengandung unsur logika di dalamnya. Akan tetapi, bahasa dapat dipakai sebagai sarana berpikir secara logis atau logika dalam berbahasa, jadi perlu kiranya disepakati bersama penggunaan kata logis dan tidak logis. Logis dan logika dalam kajian semantik bukanlah yang masuk akal seperti arti dari kata logis itu sendiri yang berarti hal yang masuk akal. Kata logis dipergunakan dalam pengertian khusus. Memang ada hubungan antara logis dan masuk akal. Akan tetapi, kedua hal tersebut tidak selalu tepat untuk disamakan. Berpikir rasional atau masuk akal belum tentu berpikir logis. Sedangkan berpikir logis sudah tentu berpikir rasional. Logis dan logika merupakan satu proses berpikir yang sistematis dan terikat pada kaidah tertentu. Satu hal yang perlu dikatakan tentang logis dan logika ini adalah hubungan. Bebicara tentang logis dan tidak logis jika menghubungkan satu gagasan dan satu konsep dengan gagasan dan konsep lain. Seperti pada kata kapur. Tidak ada hubungannya dengan logis dan tidak logis. Akan tetapi, masalah logis akan muncul jika kita menghubungkan kata kapur dengan konsep yang lain. Contohnya ; Orang itu kelaparan dan memakan kapur. Secara logika kata kapur tidak termasuk dalam jenis makanan manusia. Jadi, konsep kapur tidak dapat berhubungan dengan orang atau manusia makan. Di sini dapat dikatakan bahwa konsep kapur sama sekali tidak ada hubungannya dengan konsep orang atau manusia makan. Dapat disimpulkan bahwa kalimat ini tidak logis, karena tidak ada hubungannya antara makan dan kapur. Seperti pada contoh yang lain yakni terdapat pada kalimat : Alis matanya hitam seperti semut beriring. Hal ini berkaitan dengan segitiga makna yang telah dipaparkan sebelumnya. Kata semut yang memiliki tanda linguistik diartikan dalam pikran manusia sebagai seekor binatang yang berukuran kecil dan berwarna hitam ( makna leksikal ). Namun, merujuk pada wujud semut itu sendiri, sungguh tidak logis jika semut berada di alis mata manusia. Namun, secara semantik kata semut bermakna konotatif yang berarti alis matanya tebal seperti semut. Di dalam berbahasa, logika harus diperhatikan. Inilah yang biasa disebut logika dalam berbahasa. Semantiik diperlukan logika. Inilah yang dimaksud dengan logika makna dalam berbahasa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam logika, pertama ; logika dalam semantik harus memenuhi runtutan berpikir yang sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah logika. Kedua ; logika dalam semantik harus memenuhi hubungan antara konsep-konsep yang ditautkan. Ketiga ; logika dalam semantik tidak boleh menimbulkan kontradiksi. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kalimat logis dalam semantik. Kebenaran proposisi mengatakan bahwa Socrates akan mati. Pada kalimat (1) jelas bahwa kalimat di atas merupakan kalimat logis. Diturunkan secara logis dan fakta bahwa Socrates adalah manusia dan tentunya setiap manusia pasti mati. B. Hubungan Semantik dengan Tata Bahasa Bahasa adalah suatu sistem berupa lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk dapat bekerja sama, bekomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 1998 :1). Sebagai suatu sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah maupun pola-pola tertentu ; baik dalam tata bunyi, tata bentuk kata, ataupun tata kalimat. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Banyak cara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi melalui bahasa. Misalnya dengan berkomunikasi secara isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode. Tetapi dengan bahasa, proses komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalm hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Tetapi karena berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat, maka bahasa itu tidak seragam. Antara semantik dan tata bahasa memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Dengan tata bahasa, manusia dapat dengan mudah mengetahui makna kata ataupun kalimat yang terdapat dalam tata bahasa secara morfologi. Secara umum, tata bahasa memiliki sub bahasan yakni ; morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang struktur kata. Sedangkan Sintaksis adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang struktur kalimat secara sistematis. Contohnya : 1. Perempuan itu panjang tangan 2. Perempuan itu memakai baju tangan panjang Secara bahasa, kalimat (1) secara semantik memiliki makna konotatif yaitu diartikan sebagai pencuri. Sedangkan pada kalimat (2) secara semantik memiliki makna sebenarnya yaitu perempuan yang memakai baju tangan panjang. BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam studi linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi makna, erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat. Dari pembahasan sebelumnya mengenai semantik, logika, dan tata bahasa dapat disimpulkan bahwa semantik, logika, dan tata bahasa tidak dapat dipisahkan karena ketiga pengertian ini saling melengkapi. Contohnya, jika logika memiliki kekurangan, maka semantik berperan untuk menutupi kekurangan tersebut, begitupun dengan semantik. Adapun hubungan semantik dengan tata bahasa bisa dilihat dari bahasanya yang mempunyai ketetapan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Hubungan ini nyata dan dapat dilihat dari bentuk morfologisnya dan sintaksisnya. 3.2. Saran Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan sehari- hari. Maka dari itu kami sarankan kepada para pembaca agar terus mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2007. Leksikolog & Leksikograf Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Debdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Parera, J. D.. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Flores: Nusa Indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar