Minggu, 20 April 2014

PENYIMPANGAN PARADIGMA PENDIDIKAN DI INDONESIA

PENYIMPANGAN PARADIGMA PENDIDIKAN DI INDONESIA RAPIUDDIN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki fungsi yang sangat strategis dalam menentukan nasib bangsa ke depan, kualitas sumber daya manusia merupakan modal besar bagi pembangunan bangsa yang berkelanjutan. Pendidkakan sebagai ujung tombak keberhasilan suatu bangsa harus mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Saat ini kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Pendidikan banyak yang melenceng dari tujuan yang sebenarnya. Pendidikan bisa menjadi masalah, tetapi juga bisa menjadi solusi. Pendidikan menjadi masalah jika proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya hanya memperkuat paradigma pertumbuhan. Pendidikan menjadi solusi jika proses yang dilakukan dapat membangun kesadaran kritis tentang pembangunan dan lingkungan. Oleh karena itu kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, dapat membentuk generasi yang berilmu, bermoral, berguna bagi diri sendiri dan orang lain. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Sejauh mana penyimpangan paradigma pendidikan di Indonesia ? 2. Bagaimana solusi yang harus ditempuh untuk mengatasi penyimpangan paradigma pendidikan tersebut ? BAB II PENYIMPANGAN PARADIGMA PENDIDIKAN A.Pengertian Pendidikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Menurut pencetus semboyan “Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani” yaitu tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. B.Beberapa Penyimpangan Paradigma Pendidikan Paradigma pendidikan saat ini tampaknya lebih banyak berorientasi pada hasil, dan bukan proses. Ruslan Burhani (2011) menyatakan bahwa “Kesalahan Paradigma Pendidikan Korbankan Siswa”. Kini pendidikan hanya difokuskan kepada cara menguatkan intelektual anak. Seharusnya hal ini diimbangi dengan kekuatan moral. Hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia yaitu Taqwa, Cerdas dan Terampil. Berikut akan dipaparkan tentang penyimpangan-penyimpangan paradigma pendidikan di Indonesia. 1. Mementingkan hasil/nilai dari pada proses Sekolah yang bermutu menurut paradigma lama adalah sekolah yang dapat meluluskan dan menaikan siswa dengan nilai rata-rata hasil ulangan atau hasil ujian yang tinggi, prosentasi kelulusan/kenaikan kelas yang tinggi bahkan 100%, walaupun kemampuan siswa masih dibawah standar sehingga proses pembelajaran diarahkan pada pembahasan soal-soal ujian, pengerjaan LKS, yang isinya soal-soal ulangan sehingga kemampuan analisis siswa sangat lemah, karena siswa tidak dibiasakan menemukan dan memecahkan permasalahan, akibatnya banyak pengangguran intelektual yang kurang berperan di masyarakat. 2. Mementingkan Ijazah dari pada Kompetensi Di negara - negara yang sudah maju rekruitmen tenaga kerja tidak hanya dilihat dari nilai IPK ijazah yang dimiliki, tetapi dilihat dari kompetensi dan kemampuan kerja yang lebih profesional, produktif, berkualitas, sehingga produktifitasnya dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan di negara kita masih banyak lembaga pendidikan yang memberikan kemudahan untuk mendapatkan ijazah kepada peserta didiknya dengan proses pembelajaran dengan kurun waktu yang disederhanakan. 3. Terlalu Akademis (mementingkan kecerdasan intelektual) kurang mementingkan Multiple Intelgensi (kecerdasan spiritual) Secara fitrah pada dasarnya manusia lahir memiliki potensi (akal, qolbu, nafsu) untuk dikembangkan menjadi “Khoirul Ummah” manusia yang terbaik, sukses disegala bidang kehidupan sesuai dengan fitrah dan potensi yang dimilikinya, maka proses pendidikan dan pola pembelajaran harus menyentuh Multiple Intelgensi. 4. Terlalu mekanis tidak Humanis Siswa dipaksakan untuk menerima dan mengerjakan sesuatu, padahal siswa memiliki kemampuan dan kompetensi yang terbatas, potensi yang berbeda dan beragam, perasaan dan motivasi sesuai dengan fitrah kemanusiaan. C.Beberapa Solusi untuk Mengatasi Penyimpangan Paradigma Pendidikan Seiring dengan perubahan kurikulum yang telah dilakukan beberapa kali, maka perlu adanya perubahan pola pikir dan tindakan dari pelaku/pelaksana pendidikan. Beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan adalah : 1. Berorientasi kepada pengembangan kompentensi siswa. 2. Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran praktis. 3. Guru tidak bertindak serba tahu, tetapi guru melakukan pembelajaran yang dipusatkan kepada siswa. 4. Siswa dibiasakan banyak membaca, mengerjakan, dan menganalisis. 5. Kembangkan pembelajaran di luar kelas. 6. Kembangkan kecerdasan spiritual disamping kecerdasan intelektual. 7. Penerapan pembelajaran kontekstual. 8. Lebih mementingkan proses ketimbang nilai akhir. 9. Pola manajemen sekolah berfokus kepada kepentingan kualitas kompetensi siswa bukan kepentingan nama baik lembaga yang dipimpin. 10. Rekruitmen manajer sekolah harus selektif dan didasarkan pada kemampuan mengelola sumber dana dan sumber daya manusia untuk kepentingan siswa, bukan berdasarkan kepentingan politik. BAB III PENUTUP Demikianlah gambaran pendidikan di Indonesia dimana siswa menjadi korban penyimpangan paradigma pendidikan. Seperti yang dipaparkan di atas bahwa pendidikan di Indonesia belum dapat meningkatkan kualitas SDM tetapi hanya sebagai formalitas belaka. Sehingga produktivitas manusia Indonesia masih rendah. Maka dari itu pendidikan di Indonesia perlu diperbaiki lagi sehingga dapat memiliki kualitas pendidikan yang baik dan dapat menciptakan kualitas Negara yang baik pula. DAFTAR PUSTAKA Amar (2007). Tujuan Pendidikan yang Sesungguhnya. http://orangberpendidikan.blogspot.com/2007/04/tujuan-pendidikan-yang-sesungguhnya.html 3/10/2012 5:24 PM Boyd, Rona (2010). Menggeser Paradigma Pendidikan Indonesia. Pers Mahasisiwa Indonesia. http://persma.com/baca/2010/10/22/menggeser-paradigma-pendidikan-indonesia.html 3/10/2012 5:35 PM Fakhrurrozi, Hayat (2006). Menyoal Paradigma Mutu Pendidikan Indonesia. http://izoruhai.wordpress.com/2006/12/29/menyoal-paradigma-mutu-pendidikan-indonesia/ 3/10/2012 5:31 PM Ganis (2010). Masalah pendidikan di Indonesia. http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang/ 3/10/2012 8:20 PM Keluarga Mahasiswa ITB (2008). Pendidikan di Indonesia. Keluarga Mahasisiwa ITB. http://km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=80:pendidikan-di-indonesia&catid=63:diskusi-isu-pendidikan&Itemid=109 3/10/2012 5:36 PM Muliani (2009). Masalah pendidikan di Indonesia. Universitas Bangka Belitung. http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Masalah%20Pendidikan%20di%20Indonesia&&nomorurut_artikel=364 3/10/2012 8:18 PM Prasojo, Eko (2008). Kontroversi UU BHP. Universitas Unindra PGRI. http://www.unindra.ac.id/?q=node/65 3/10/2012 3:00 PM Slistiyono, Galih (2009). Hari Pendidikan yang Penuh Kontroversi. Galsu Blog. http://www.galsu.co.cc/2011/05/hari-pendidikan-yang-penuh-kontroversi.html 3/10/2012 9:29 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar