Minggu, 20 Oktober 2013

TEKS DRAMA SADURAN DARI NOVEL Judul Novel : “ JANJI CINTA UNTUK KIRANA” Karangan : ANNORA PUTRI Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Muh. Rapi Tang, M.S. Disadur oleh : RAPIUDDIN NIM : 04.07.738.2012 Program Studi : Magister Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNISMUH Makassar JANJI CINTA UNTUK KIRANA Ketiga remaja ini, yang sekarang telah duduk dibangku kelas XII SMA bersahabat sejak mereka masih SD, Arya-Jiwo-Kirana sepakat untuk bersahabat tanpa melibatkan perasaan yang lebih dari seorang sahabat. Merekapun sepakat untuk sekolah di tempat yang sama sekalipun tidak sekelas. Arya sangat senang menulis, olehnya itu dia dipercayakan oleh guru Bahasa Indonesianya sebagai redaktur majalah dinding. Sedangkan Jiwo dengan fostur yang jangkung menjadi orang nomor satu dalam tim basket sekolahnya. Sementara itu Kirana tipe cewek tomboi yang amat cuek keadaan sekitarnya, sekalipun demikian Kirana juga suka ngintip cowok-cowok kren yang ada disekolahnya. BABAK I Siang itu ketika usai jam pelajaran mereka berada dilapangan basket menemani Jiwo sedang latihan untuk persiapan pertandingan dengan dalam sebuah turnamen memperebutkan Piala Gubernur. Jiwo : “ Ahh... seger...(sambil menyeka bibirnya yang basah karena jus jeruk) Pinjem ...”(menyambar sapu tangan handuk Kirana) Arya : “ Kenapa, Wo? Kenapa hidung dan bibirmu mengerucut mengendus-ngendus ?” Jiwo : “ Bau sapu tangan Kirana Aneh. Bau apek.” Kirana : “ Emang sudah dua hari gue pake, belom ganti dan dicuci, he- he-he...(sambil cengar-cengir) Siapa suruh main rebut saja.” Jiwo : “ Pantes ! (buru-buru melempar sapu tangan kepangkuan Kirana) Eh, gue masih ada latihan. Kemungkinan agak lama. Kalo kalian mau pulang duluan, silakan aja!” Kirana : “Barengan aja, deh! Kita tungguin aja Jiwo ya, Ya, sampai latihannya selesai” Jiwo : “ Oke! Tapi bakalan lama, loh! (sambil mermantul-mantul bola basketnya) Kirana : “Gak pa-pa, Wo. Latihan aja yang bener ya, gue gak masalah nongkrong lama di sini, betah kok, sekalian cuci mata, he-he- he...”(Arya terkekek sambil mengacak-acak rambut Kirana) Jiwo : “Gue sih, tahu banget selera mereka, pastinya bukan model elo, Na,” (sambil tertawa lebar) Kirana : “Eh, tahu dari mana kalo dulu gue model?” (dengan tanpan serius) Jiwo : “ Iya model majalah flora dan fauna langka, he-he-he...” Kirana : “Jahatnya!” (memelas) Jiwo : “ Makanya jangan centil!” (Dengan kakinya yang panjang Jiwo memasuki lapangan) Hap!” (bola dilemparkan ke dalam ring) Arya yang dari tadi hanya tertawa-tawa saja melihat sahabatnya bercanda, tiba-tiba Jiwo muncul, ternyata sudah berganti pakaian menghampiri Arya dan Kirana. Jiwo : “Eh, Na, dapat salam manis! Sebenernya sih... dari kemarin, Tapi sori, gue lupa nyampein ke elo.” (sambil membenarkan bajunya) Kirana : (sambil tertawa) “Gue sudah ngira, di antara teman basket lo pasti ada yang tertarik ke gue” Jiwo : “Narsis kamu !” Kirana :Eh, iya dari siapa Wo? Biar gue tebak-ng... pasti dari Willy ya? Jiwo :“Ha-ha-ha...Na, Na ... Cowok kayak dia sih gak mungkin tertarik sama elo, kalee” (sambil tertawa, Arya dan Kirana ikut tertawa tidak tersinggung sedikitpun) Kirana : “ Kalau bukan dia siapa dong, ngg... Dimas ya, atau ... Edwin... Vito ...Boby... Rayyan... atau Dony?” Jiwo : “Ooh, bukan semuanya, Na!” Kirana : “Lalu, siapa dong? Kalau bukan semunya.” (akhirnya nyerah) Jiwo : “ Roni.” Kirana : “ Ooh Roni, Roni Dozer, Roni Waluya, atau ... Roni Sianturi, wow? Jiwo : “Sok ngetop lo!” (Kirana terkekeh) “ Teman sekelas gue.” Kirana : “Ooh Roni Bajuri, Roni Semerbak, yang kakek buyutnya Raja Minyak Wangi itu.” (tak terkejut) Jiwo : “Gimana, Na, dibales nggak nih salamnya? Dia ngarep banget looh..., Bales aja deh ya, Na, lumayan kan—dapat cucu pengusaha minyak wangi. Kalo Roni jadi Raja Minyak, elo kan—jadi Ratu Minyak he-he-he...(meledek Kirana) Tampa diduga sebelumnya oleh Arya tiba-tiba Kepala Kirana mengangguk. Mata Arya membesar, menatap gadis itu tidak percaya. Arya : “Eh, beneran, Na? Elo membalas salamnya?!” (Arya terpaku, Jiwo melongo) Kirana : “Iya, tapi tolong katakan padanya ya, Wo, kalo gue Membalasnya bukan dengan salam manis, tapi salam supeer kueeecut!!!” (terkekeh-kekeh, kegelian sendiri) Jiwo : “ Kirain lo terima Na, padahal Roni naksir berat sama lo.” (ikut terkekeh-kekeh) BABAK II Siang itu suasana dalam kelas sangat sepi, Kirana sendirian dalam kelas sedang sibuk menulis catatan mata pelajaran yang ketinggalan lantaran tidak masuk sekolah sehari, dalam keheningan terdengar suara langkah-langkah kaki, Semakin dekat semakin ketahuan siapa orangnya karena bau parfum yang menyengat. Kirana tidak peduli dengan kehadiran Roni Bajuri. Roni : “ Ehem-ehem... wah, wah rajin banget de, Na, jam istirahat begini masih belajar juga. Mmm, Na, betapa senangnya diriku ini. Ternyata kamu sudi menerima salam manisku. Kita ke kantin yuk, Na, makan mi ayam kesukaanmu.” (dengan senyum merekah) Kirana : (tersentak sebelum menggeleng) “Gue lagi nggak kepengen makan”(menghindari tatapan Roni) Roni : “Ng... kalo gitu kita minum-minum aja deh. Cendol atau es buah. Enak loh apalagi panas-panas begini.” Kirana : “Gue juga nggak haus.” (dengan gaya cuek) Roni : (sibuk mikir) “Mmm... gimana kalo keperpustakaan? Di sana kan Sepi,pastinya asyik dong, buat ngobrol dari hati ke hati.” Kirana : “Ih, pede banget, lo!” (kembali diam) Roni : “Yaa... aku ngerti sih, kalo perpustakaan emang bukan tempat ngobrol, tapi ... kita ngobrolnya kan bisa sambil bisik-bisik, he- he-he....” (berusaha tetap sabar dengan sikaf Kirana yang cuek bebek itu) Kirana :(sambil ngusap-ngusap hidung) “Hattchii!!...hattchii!!” (alergi dengan bau minyak wangi Roni) Roni :“Ee... nggak ngobrol juga nggak apa-apa, Na, kita pura-pura baca- baca apaa gitu...diam-diam sambil pandang-pandangan, kan romantis banget tuh ...” (menyeringai lebar) Kirana : ( berusaha sekuat-kuatnya mengendalikan emosi) “Hattchii!!.. hattchii!! habis berapa botol sih.. loh pake minyak wangi?” (kali ini bersinnya lebih keras) Roni :“ Kenapa, Na, kamu sakit ya? ( Kirana hanya menggeleng) Tapi kok... bersin-bersin terus begitu. Bener kamu sehat-sehat saja.” (memperlihatkan sikap pedulinya) Kirana :“Tolong tinggalin gue!” (nada keras) Roni :“Kalau hari ini nggak bisa gak apa-apa. Tapi acara dinnernya tetep jadi kan?” (Kirana jadi bengong dengar ucapan Roni barusan) “Jiwo bilang kamu mengundangku dinner malam Minggu besok” Segerombolan siswa laki-laki masuk ke kelas, mereka bergantian memandang Roni dan Kirana dengan penuh keingintahuan. Muka Kirana merah padam menahan malu tapi Roni cuek saja. Kirana kesal sekali dengan ulah sahabatnya Jiwo. Setelah bel pulang berbunyi Arya dan Jiwo menuju ke kelas Kirana. Jiwo :“ Eh, Na, kenapa dengan muka lo hari in? Kok kecut begitu? (senyum-senyum menatap muka Kirana) Ih, jelek banget, Na, iya kan, ya?” Kirana :“ Biarin gue jelek !! Ngapain sih lo pake nyuruh-nyuruh Roni, ke kelas gue?” Jiwo : “ Oo, jadi itu masalahnya,. Dia dateng ke kelas elo, ya? Jadi gimana ceritanya, pasti seru dong?” (tampang rasa tidak bersalah) Kirana :“ Seru, gundulmu!!” (muka bringas/jengkel) Jiwo : “ Sembarangan deh lo, rambut bagus-bagus begini dibilang gundul...(terkikik) Jangan pelit dong, ceritain sama kita-kita, Na...”(berteriak meringis-ringis karena ditinju bahunya sama Kirana) “ Gue kasih saran, sebaiknya elo jadi petinju saja, Na ... Biar bakat terpendam lo bisa disalurkan. Keren lagi, kan di Indonesia belom ada tuh petinju cewek. Bisa tercatat di rekor MURI, he-he-he......sebagai teman gue kan bisa numpang ngetop...... “ (belum selesai bicara tiba-tiba Kirana menyodorkan daun yang ada ulat daunnya yang membuatnya lari kegelian Kirana hanya terkikih) BABAK III Sore yang cerah Kirana hanya berdua dengan kakaknya Yudha, karena mama papanya menghadiri pesta perkawinan putra atasan papanya di kantor. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil lagu terbaru Ridho Rhoma di dalam kamar mandi. Yudha : (sambil ketuk-ketuk kamar mandi) “ Mandinya buruan, Na!” Kirana : (dari dalam) “ Mau ngapain, Mas?” Yudha : “Ada teman kamu !” Kirana : “Bentar, Mas, lagi tanggung, nih! Suruh nunggu aja yah? Yudha : “Ngapain aja sih, kok lama banget!” Kirana : (keluar dari kamar mandi) “ Mandi, sekalian nabung he-he- he.... perutku mules dari tadi siang, Mas.” Yudha : “ Pasti gara-gara kebanyakan makan sambel lagi. Bandel sih Kalo dibilangin.” Kirana : “ He-he-he.....” (sambil melenggang menuju ke ruang tamu) Yudha : “ Handuknya nggak ditaruh dulu, Na? Nggak ganti baju? Masak nemuin teman kayak gitu ....” Kirana : “ Arya sama Jiwo sih sudah maklum, Mas.... Mereka biasa lihat gue kayak gini.” (sambil mencari-cari di mana orang yang dimaksud kakaknya) Roni : (tiba-tiba muncul dengan wangi yang khas) “ Good afternoon, Kirana...(Kirana kaget) Aku habis melihat-lihat tanaman hiasmu di taman samping.Tumbuh subur dan indah ya...pasti deh, jari- jemarI lentikmu yang selama ini merawatnya.” Kirana : “ Hatchiiiiii!!” (alerginya mendadak kambuh) Roni : “ Na, hari ini kamu kelihatan alami sekali. Tapi tetap manis, ini Aku bawakan kue pancong, spesial buat kamu, Na. Buatan tangan My Mom, calon mertua kamu, he-he...Pasti suka!” (gombalnya) Kirana : “Aughh!” (meringis memegang perutnya berlari masuk menuju kamarnya meninggalkan Roni sendirian) Sepuluh menit kemudian Yudha mendatangi kamar adiknya sambil ketruk-ketuk pintu, Kirana tidak menyahut sedikitpun. Yudha : “Temanya masih nungguin, Naaa....!” Kirana : “Suruh pulang aja. Mas....! Aku nggak mau ketemu dia! (suara serak) Yudha : “Kenapa ..?” Kirana : “Pokoknya nggak mau aja! Suruh aja pulang gue nggak mau !” Lima menit kemudian Kirana keluar dari kamarnya dengan berkeringat dingin, dengan handuk menutupi kepala. Kirana : “Dia udah pulang kan, Mas?” Yudha : “Tega kamu, Na. Kasian loh, saat Mas suruh pulang wajahnya kelihatan sangat kecewa.” (Kirana pura-pura tidak mendengar) “Tadi dia bawa itu!” (menunjuk kardus di atas meja) “Boleh dimakan, kan? Wuidiih, keren banget bentuknya, he-he-he...” Kirana : “Makan aja sampe habis, gue nggak selera banget.” Yudha : “Tidak nyesel... padahal enak. Loh. Mm....enak, gue habisin, nih!” Kirana : “ Abisin aja!, nggak apa-apa abisin, Mas!” Yudha : “Na, cowok tadi siapa, ya? Pacar kamu, ya? (Kirana nyaris lompat) Menurut Mas, seleramu sih...hm...sedikit aneh. Tapi kalo kue bawaannya , enak banget. Lumayan kalo tiap hari dapet gratisan kayak gini. Kapan-kapan, suruh dia datang lagi yah, tapi....syaratnya, harus bawa kue lagi yang enak kayak gini.” Kirana : (menggeram) “Maas, dia bukan siapa-siapaku, dan aku sama sekali nggak pernah suruh dia datang!” Yudha : “Oo...”(manggut-manggut, kirana cemberut digoda sama kakaknya) BABAK IV Dua hari Kirana tidak masuk sekolah dengan alasan sakit, padahal sebenarnya menghindar dari kejaran si Roni yang mengharapkan cintanya, hari Arya dan Jiwo sepakat untuk menemui Roni. Rasa bersalah Jiwo sebagai sahabat Kirana pun disadari. Kebetulan hari itu Kirana sudah masuk sekolah lagi, Arya dan Jiwo mencari Kirana sampai ke ruang koperasi. Kirana :“Minggir-minggir!” (mengibaskan tangan jalan tergesa-gesa) Jiwo :”Ada apa, Na? Kenapa kamu? Roni :”Kiranaaa..... tunggu..tunggu aku! (mengejar dari belakang) Arya :”Lo harus berbuat sesuatu. Masalah ini harus cepat diselesaikan.” (dengan tegas) Jiwo :(mengangguk) “ROONN!” (mengejar Roni diikuti oleh Arya) “Ng...Ron, Gue mau minta maaf.”(Roni berhenti) “ Sebenarnya Kirana nggak pernah membalas salam elo, Gue ngaku salah ... Sebenarnya Kirana sama sekali nggak pernah mengundang elo Kerumahnya. Jadi Gue harap dengan sangat jangan ganggu- ganggu lagi dia.” (pukulan telat mengenai pipi kirinya) Roni :”Sorry ... ya? Gue sudah terlanjur suka sama dia, tidak ada yang boleh menghalangi gue untuk ndapetin Kirana!” Jiwo :(meringis kesakitan) “Nggak boleh gitu, Ron...Kirana.....” Roni :”Kirana kenapa Wo?” Jiwo :”Lo nggak boleh....”(kerah bajunya dicengkeram oleh Rony) Arya :(bertindak cepat) “Tunggu, Ron! Jiwo memang bersalah, tapi kan dengan jantan mengakui kesalahannya, bahkan rela elo pukul. Lo, boleh suka sama Kirana itu adalah hak elo, tapi dengar baik-baik ya, lo nggak boleh maksain kehendak, karena Kirana tidak suka elo! Selain itu, elo mungkin belum tahu kalau Kirana itu sudah punya cowok!” Roni : (tercengang Jiwo ikut bingung) “Siapa dia?” Arya :”Sebenarnya gue sudah lama jadian sama Kirana, Ron..!” Roni :”Elo!!!” (menatap Arya cukup lama, lalu pergi) Jiwo :”Thanks, ya! Lo sudah nolong gue. Mm... yang lo omongin barusan tentang Kirana dengan elo ee.....”(ti dak dilanjut) Arya :”Gue ngerti maksud lo, itu hanya siasat gue agar Roni tidak ngajar-ngejar lagi Kirana. Gue masih ingat kog kesepakatan kita bertiga, oke!” Jiwo :(Jiwo nampak lega) “Ya, ntar pulang sekolah kita ke rumah Kirana, Gue mau minta maaf sama dia.” Arya :”Oke, bos!” (sambil berjalan berpisah masing-masing masuk ke kelasnya) BABAK V Trik Arya ternyata sangat manjur Roni tidak pernah lagi mengganggu Kirana. Siang itu sepulang sekolah Jiwo dan Arya sepakat ke rumah Kirana dengan tujuan minta maaf atas keisengan Jiwo yang membuat Kirana tidak nyaman selama beberapa hari akibat ulah Roni Bajuri. Perempuan berparas hangat itu berdiri diambang pintu menyambut kehadiran sahabat anaknya Kirana. Jiwo :”Kirana ada Ma?” Mama Kirana :”Kok nggak barengan belum dateng tuh! Tunggu saja pasti tidak lama lagi Kirana datang. Duduk dulu biar mama ambilkan dulu kue kebebetulan Mama baru saja buat kue kesukaan Kirana.” Jiwo :”Ada apa, ya? Kog telat pulang sih...” Arya :”Tenang aja, Wo mungkin lagi ada urusan atau kita yang terlalu Cepat tibanya.” Mama Kirana :”Makan dulu kuenya,Nak. Mama lagi ada kerjaan di dalam.” Sepuluh menit kemudian Kirana muncul dari depan dengan muka masam menatap kedua sahabatnya. Kirana :”Ngapain sih loh berdua dateng-dateng ke rumah gue. Tidak puas lo kerjain gue!” Jiwo :”Na, maafin gue, ya..ya..”(memelas) Kirana :”Tidak... tidak lo pergi aja dari sini!!!” (sambilmenunjuk keluar) Jiwo :”Lo, ngusir kami, Na!” Kirana :”Nggak ngerti juga lo, pergii ..dari sini!” Arya :”Na, kog tidak dimaafin jiwo? Lihat tuh ... mukanya sampai babak belur gitu, itu gara-gara nebus kesalahannya sama elo.” Kirana :”Nggak..nggak..sekarang pergii kata gue!”(berlalu masuk ke dalam rumah, Jiwo dan Arya hanya saling tatap lalu beranjak pergi, namun tiba-tiba kedengaran suara Kirana cekikikan, Arya dan Jiwo berlarian masuk rumah mengejar Kirana yang ngerjain mereka barusan) BABAK VI Beberapa bulan berlalu mereka kembali selalu bersama seperti dulu-dulu. Ujian akhir pun semakin dekat, malangnya Arya tiba-tiba divonnis oleh dokter harus mengalami operasi usus nampak Kirana sangat telaten melayani Arya, Jiwo curiga adanya hubungan istimewa antara Arya dengan Kirana. Ditambah lagi Mama dan Papa Jiwo yang terancam bercerai yang membuat Jiwo melampiaskan kekesalannya di meja bar dan diam-diam memakai narkoba sampai dokter memutuskan Jiwo terinfeksi virus HIV. Arya dan Kirana sangat mencemaskan sahabatnya itu sampai suatu saat mereka sepakat bertemu, Jiwo menjemput Arya dan Jiwo dari sekolah. Dalam ruangan sebuah restoran mereka bercanda seperti dulu seolah tak ada masalah di antara mereka. Kirana :”Senin lusa UAN dimulai, lo masuk ya, Wo? Gue kepingin banget kita bertiga sama-sama lulus tahun ini.” Jiwo : (senyum tipis mengalihkan pandangan ke Arya) “Ya, lo masih suka nulis?” Kirana : (Arya hanya mengangguk) “Wah, dia hebat, lho, Wo! Baru- baru ini tulisannya terpilih menjadi yang terbaik, dari lomba yang diadakan Kementerian Pendidikan Nasional. Dapat hadiah uang tunai , tapi sayang nggak cukup buat beli komputer baru yang diinginkan, hi...hi...hi...” Jiwo :”O ya? Selamat ya, Ya, lo nulis tentang apa?” Kirana : (Arya hanya senyum-senyum saja) “Kepedulian Remaja terhadap HIV/AIDS!” (Jawaban Kirana membuat Jiwo batuk- batuk) Arya :“Ada apa, Wo? Apa kamu nggak sehat? (menatap heran) Jiwo :”Nggak, nggak apa-apa, Ya. Gue memang sedikit batuk. Kayaknya gara-gara banyak minum es aja.”(menyembunyikan kegusarannya karena telah divonnis terjangkit) Tiba-tiba saja Kirana menyambar sisa minum Jiwo yang masih setengah isinya. Jiwo :”Jangan!!! Jangan, Na! (Sambil menahan gelasnya) “Jangan!” (membentak, sampai gelas jatuh berantakan di lantai) “Lo, pesan aja lagi”(sambil melambaikan tangan ke pelayan Arya hanya tercengang) Kirana :”Gue lagi kepingin minum dari gelas elo” Jiwo :”Nggak boleh!”(suara keras) Kirana :”Kenapa” Jiwo :”Pokoknya nggak boleh!!” (orang-orang memandangi keheranan) “Maaf ya, Mas. Tolong masukkan gelas tadi ke dalam bill aja, ya. Minuman dua lagi, ya” Pelayan :”Ya. Iya Den.” (mengangguk lalu bersihkan pecahan porselen) Jiwo :”Maaf ya, Na kalo gue barusan kasar sama elo” (suara lembut) Kirana :”Tapi...kenapa, sih, Wo. Gue nggak boleh lagi minum dari gelas lo? Jiwo :”Nggak....ya nggak boleh aja,Na.”(kelihatan bingung) Kirana :”Iya... tapi alasannya apa? Apa elo jijik sama gue.” Jiwo :”Nggak, Na, sama sekali bukan itu alasannya.” Kirana :”Lalu apa alasannya?” Jiwo :”Yaa... alasannya karena gue takut lo ketularan penyakit gue he-he-he...”(ekspresi dibuat-buat) “Oo..iya Gue baru inget ntar gue ada perlu sama elo, Ya? (Arya hanya mengangguk) Sebelum mereka pulang Jiwo mengajak jalan-jalan melihat pameran lukisan yang ada di sekitar restoran. Jiwo :”Nih... ada bingkisan buat elo berdua, Gue hanya ingin berterima kasih karena elo berdua mau memenuhi ajakan gue hari ini.”(Arya dan Kirana bengong) Arya :”Gue yang harusnya berterima kasih, Wo, Semoga bukan hanya hari ni, tapi seterusnya, lo mau terus ngumpul bareng sama kita lagi. Seperti dulu.” Jiwo :”Makasih ya, kalian udah mau menjadi sahabat gue, maafin gue tentang yang tadi,Na.” (Kirana hanya mengangguk kebingungan dengan perubahan dalam diri Jiwo) BABAK VII Sepulang dari restoran setelah mengantar Kirana, Jiwo memegang pergelangan tangan dan melepas jam tangan yang dipakai Arya dan menggantinya dengan jam baru, malam pun menjelang, tepi pantai di kota itu. Jiwo :” Gue nggak keberatan kok, kalau lo sekarang jadian sama Kirana, anggap saja kita nggak pernah punya perjanjian kayak dulu itu, bener gue nggak keberatan, ikhlas. Cinta adalah sesuatu yang teramat indah, dia bisa tumbuh di mana saja, dan dihati siapa saja, jahat sekali rasanya gue kalau memaksa kalian membunuh itu dari kalian berdua”(sambil menarik napas panjang) “Gue, percaya kok, gue akan mendapat tempat khusus di hati kalian.” (Arya hanya terpaku) “Lo, tahu nggak waktu gue marah banget waktu tahu lo jadian dengan Kirana, karena gue cemburu, gue punya perasaan yang sama seperti yang elo alami sama Kirana. Tapi gue sadar kok, elo yang paling tepat dengan Kirana, bukan gue.” Arya :”Tapi... Gue dan Kirana sepakat Wo, demi persahabatan kita, dan janji kita, untuk saling melupakan persoalan asmara.” Jiwo :”Tidak, Ya. Kirana terlalu berharga buat gue. Dan elo menurut gue adalah orang yang paling tepat.” (diam beberapa menit) “Gue berharap banget, elo mau berjanji, merahasiakan perasaan gue ini dari Kirana ya, gue nggak kepengen dia tahu, Arya...” Arya :”Ada apa sih sebenarnya dengan elo, Wo?(keheranan) Jiwo :”Nggak kog...(mendesah) Gue sadar aja bahwa kita harus mengikhlaskan segala yang membebani diri kita, agar suatu hari kelak kita tidak nyesel, Ya.” Arya :”Tapi ...(nada pelan) gimana dengan persahabatan kita,Wo?” Jiwo :(merangkul Arya) “Ya, persahabatan kita abadi sampai akhir nanti, jangan gue tetap setia dengan persahaban kita.” Wajah Jiwo tertimpa cahaya bulan yang malam itu tampak begitu sendu. Keesokan harinya tersebar sebuah berita Jiwo ditemukan tergelatak meninggal dunia di sebuah bar karena over dosis obat-obatan terlarang. Kedua orang tuanya hanya bisa menyesali perbuatan mereka yang telah menyia-nyiakan anak semata wayangnya hanya karena keegoisan mereka’ Arya dan Kirana tidak berhenti meratapi kepergian sohib yang disayanginya. Kirana sadar diapun sangat menyayangi Jiwo bahkan melebihi dari seorang sahabat. BABAK VIII Setelah beberapa tahun berlalu nampak sepasang manusia dan seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun datang mensiarahi kuburan Jiwo. Jiwo Kecil :”Ini kuburan siapa sih, Yah?” Arya :”Ini kuburan Om Jiwo, Nak!” Jiwo Kecil :”Om Jiwo.....?” (Sang ayah hanya tersenyum) “Kok... namanya Sama kayak aku?” (Sang Ayah tersenyum lagi) “Om Jiwo itu emannya siapa, sih Yah? Kok Ayah dan Bunda selalu datang berdoa untuk Om Jiwo? Kirana :”Nak, Om Jiwo itu adalah sahabat terbaik yang pernah Ayah dan Bunda miliki. Biarpun sudah nggak ada di dunia, sampai kapan pun ... dia akan selalu ada dalam hati kami....” Jiwo kecil hanya mengangguk-ngangguk seolah mengerti arti sebuah persahabatan sejati. SINOPSIS NOVEL ”JANJI CINTA UNTUK KIRANA” Karya: Annora Putri Arya-Jiwo-Kirana sepakat untuk bersahabat tanpa melibatkan perasaan yang lebih dari seorang sahabat. Merekapun sepakat untuk sekolah di tempat yang sama sekalipun tidak sekelas. Arya sangat senang menulis, olehnya itu dia dipercayakan oleh guru Bahasa Indonesianya sebagai redaktur majalah dinding di sekolahnya. Sedangkan Jiwo dengan fostur yang jangkung menjadi orang nomor satu dalam tim basket sekolahnya. Sementara itu Kirana tipe cewek tomboi yang amat cuek keadaan sekitarnya, sekalipun demikian Kirana juga suka ngintip cowok-cowok kren yang ada di sekolahnya. Arya sebagai redaktur majalah dinding sekolah sangat sibuk, sehingga urusan percintaan tidak terlalu diperhatikan, padahal salah seorang teman perempuannya yang sama-sama mengelola majalah dinding tersebut selalu memberikan perhatian khusus pada Arya. Suatu ketika Kirana mengingatkan kepada Arya tentang hal tersebut, tetapi Arya selalu menolak bahwa mereka hanya teman satu tim dalam pengelolaan mading. Dari ketiga bersahabat ini Arya yang paling serius dan dewasa dalam menghadapi setiap permasalahan. Lain halnya Jiwo paling sering sering berulah dan membuat kesal sahabatnya terutama Kirana. Karena ulah Jiwolah sehingga Kirana pernah tidak masuk sekolah sampai beberapa hari. Roni teman sekelas Arya sangat tergila-gila sama Kirana, momen inilah yang digunakan oleh Jiwo untuk mengerjai Kirana dengan menyampaikan bahwa salam Roni diterima dengan baik oleh Kirana dan bersedia diajak dinner berdua. Akibat dari ulah Jiwo inilah sehingga Kirana menjadi tidak tenang di sekolah apalagi Roni berani bertandang ke kelas Kirana pada saat dia sendirian di kelas. Bahkan lebih berani lagi Roni sampai datang ke rumah Kirana. Arya sebagai sahabat yang lebih dewasa cara berfikirnya menasihati Jiwo agar segera menyelesaikan persoalan ini karena sangat kasihan sama Kirana yang mulai tidak nyaman dengan keadaan seperti itu. Sampai suatu ketika di sekolah Jiwo menghentikan langkah Roni saat mengejar Kirana yang baru keluar dari koperasi sekolah. Jiwo menyampaikan permintaan maafnya kepada Roni bahwa sebenarnya Kirana tidak pernah membalas salam Roni, Roni sangat geram dan marah dan memukul Jiwo tanpa perlawanan. Namun begitu, membuat hati Jiwo tenang karena sejak saat itu Roni tidak pernah lagi mengusik ketenangan Kirana. Dalam novel ini dikisahkan tiga remaja bersahabat ini secara diam-diam telah terjadi cinta segitiga. Arya yang penyabar lebih berani mengungkapkan kata hatinya kepada Kirana. Sementara itu Jiwo hanya memberikan bentuk perhatian kepada Kirana, bahkan Jiwo lebih banyak melakukan keisengan yang membuat Kirana jengkel. Suatu ketika menjelang ujian akhir semakin dekat, Arya divonnis oleh dokter untuk menjalani sebuah operasi karena penyakit yang dideritanya. Pada saat itulah Kirana sangat telaten melayani Arya di rumah sakit, bahkan sampai tertidur. Pada saat yang bersamaan Jiwo yang bermaksud membesuk sahabatnya menghentikan langkahnya karena melihat betapa Kirana sangat menyayangi Arya. Pada saat yang bersamaan pula Jiwo banyak menghadapi masalah dengan pertengkaran-pertengkaran yang terjadi antara Papa dan Mamanya. Sejak saat itu hidup Jiwo tidak karuan sampai masuk dalam pergaulan malam, menjadi pecandu narkoba, sekolahnya pun tidak diperhatikan sampai menjelang ujian akhir pun dia tidak pernah hadir. Arya dan Kirana sepakat mengakhiri hubungan mereka demi persahabatannya dengan Jiwo, itu pun tidak membuat Jiwo lantas berubah, karena kedua orang tuanya tidak mampu lagi mempertahankan rumah tangganya. Jiwo semakin jauh bergaul dengan narkoba, sampai suatu ketika divonnis oleh dokter positif menderita virus HIV aids. Menjelang Ujian Akhir Nasional Jiwo mengajak kedua sahabatnya untuk bertemu mentraktir yang untuk terakhir kalinya, mereka bercanda seperti ketika mereka selalu bersama-sama, namun Jiwo tidak dapat menyembunyikan perubahan yang terjadi pada dirinya. Secara diam-diam Jiwo telah menyiapkan kenang-kenangan buat sahabatnya. Buat Kirana telah disiapkan gaun yang sangat indah untuk mengganti pakaian sekolah, kemeja dan jam tangan bermerek buat Arya. Selain dari itu, Jiwo juga mengirimkan laptop keluaran dan tipe terbaru ke rumah Arya. Sepulang mereka dari diner hari itu, Jiwo mengajak Arya singgah ke sebuah pantai tempat yang biasa mereka kunjungi. Di sini Jiwo menyampaikan kepada Arya bahwa dia ikhlas kalau Arya jadian sama Kirana, sekalipun dia juga menyintai Kirana. Satu pesan Jiwo kepada Arya agar menyembunyikan perasaannya kepada Kirana sampai kapanpun. Berselang beberapa hari kemudian tersiar khabar Jiwo ditemukan meninggal di bar karena kelebihan dosis narkoba. Arya dan Kirana sangat terpukul mendengar berita itu, Kirana tiada henti meratapi kepergian Jiwo, diapun menyadari bahwa dia sangat menyayangi Jiwo melebihi dari seorang sahabat. Kedua orang tua Jiwo sangat menyesal atas perilaku mereka sehingga anak semata wayangnya menjadi korban karena ulah mereka sendiri. Beberapa tahun kemudian tampak sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki berumur empat tahun datang menziarahi kuburan Jiwo. Sang anak sangat penasaran dengan kuburan yang selalu dikunjungi ayah dan bundanya. Siapa sebenarnya Jiwo itu, kenapa sampai sama dengan namanya. Sang bunda menjelaskan baru dia paham, “Nak, Om Jiwo itu sahabat terbaik yang pernah Ayah dan Bunda miliki, biarpun sudah nggak ada di dunia sampai kapanpun akan tetap ada dalam hati kami.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar